Senin, 14 April 2025

Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya. [Mazmur 22:7]


Ejekan merupakan sebagian besar dari bahan penyusun dukacita Tuhan kita. Yudas mengolok-olok Dia di kebun; imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat menertawakan dan menghina Dia; Herodes tidak menghiraukan-Nya; hamba-hamba dan tentara mencemooh Dia, dan menista-Nya dengan kejam; Pilatus dan pengawalnya mengejek status-Nya sebagai raja; dan di kayu salib segala macam hinaan mengerikan dan cacian menyeramkan dilontarkan ke arah Dia. Ejekan memang selalu sulit untuk ditanggung, tetapi ketika kita sedang menderita begitu hebat, maka ejekan itu menjadi begitu tak berperasaan, begitu kejam, sehingga sangat melukai hati. Bayangkan Sang Juruselamat disalibkan, disiksa dengan penderitaan yang jauh lebih besar dari yang dipikirkan seluruh makhluk fana, kemudian bayangkan aneka ragam manusia, semuanya menggelengkan kepala mereka atau mencibir dengan cemoohan yang pahit kepada seorang korban malang yang sungguh menderita! Tentunya pasti ada sesuatu yang lebih pada diri Dia yang tersalib itu yang dapat mereka lihat, sebab kalau tidak kerumunan besar yang berbaur itu tidak akan dengan suara bulat memberikan penghinaan kepada-Nya. Bukankah itu adalah suatu pengakuan dari si jahat, ketika sepertinya kemenangannya yang besar sudah diraih, ternyata dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain mengejek Sang Kebaikan yang berkemenangan yang saat itu memerintah di atas salib? Oh Yesus, yang “dihina dan dihindari orang [Yesaya 53:3],” bagaimana mungkin Engkau rela mati demi orang-orang yang memperlakukan Engkau dengan begitu buruk? Inilah kasih yang menakjubkan, cinta ilahi, ya, cinta yang tak terukur. Kami pun telah menghina Engkau pada hari-hari kami belum dilahirkan kembali, dan bahkan sejak lahir baru, kami tetap mengutamakan dunia di dalam hati kami, tetapi Engkau tetap mengucurkan darah untuk menyembuhkan luka-luka kami, dan mati untuk memberi kami hidup. Oh seandainya kami dapat memberikan bagi-Mu takhta tertinggi di hati seluruh umat manusia! Kami akan mengumandangkan puji-pujian untuk Engkau di darat dan laut sampai seluruh manusia memuja Engkau, seperti halnya seluruh manusialah yang dahulu menolak Engkau dengan suara bulat.

    “Ciptaan-Mu menentang Engkau, Oh Engkau Kebaikan yang berdaulat!
    Engkau tidak dicintai, karena tidak dimengerti:
    Ini paling menyedihkan hatiku: bahwa mereka yang tidak tahu terima kasih
    terpikat untuk mengejar yang sia-sia, meskipun Engkau tersenyum.” [1]
____________________
[1] Bagian dari puisi Happy Solitude—Unhappy Men oleh Madame Guyon dari Perancis, diterjemahkan oleh William Cowper ke bahasa Inggris

RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

BAGIKAN MELALUI

Unfortunately, we currently do not have English devotions available.