Perahu-perahu lain juga menyertai Dia. [Markus 4:36]
Yesus adalah sang Laksamana laut malam tersebut, dan keberadaan-Nya memelihara seluruh rombongan. Berlayar bersama Yesus itu baik, meskipun kita berada dalam perahu yang kecil. Ketika kita berlayar bersama Yesus, mungkin kita tidak dapat yakin cuaca pasti baik, toh badai yang besar mengombang-ambingkan kapal yang membawa Tuhan sendiri, jadi kita tidak boleh menyana laut di sekeliling perahu kecil kita akan lebih tenang. Bila kita pergi bersama Yesus, kita harus puas bepergian sebagaimana Dia bepergian; dan ketika gelombang-gelombang itu sangatlah ribut bagi-Nya, demikian juga hal itu akan terjadi pada kita. Justru melalui badai besar dan keterombang-ambingan kita akan tiba ke daratan, seperti yang Ia tunjukkan kepada kita.
Saat badai melanda danau Galilea yang kelam, semua wajah menjadi gelap, dan semua hati takut akan karamnya kapal. Ketika semua bantuan dari makhluk ciptaan tidak berhasil, Sang Juruselamat yang tertidur pun bangun, dan dengan sepatah kata, mengubah huru-hara badai besar tersebut menjadi kesunyian yang tenang; maka tenanglah baik perahu-perahu kecil maupun kapal yang membawa Tuhan. Yesus adalah sang Bintang Samudra [1]; walaupun ada kesedihan di atas laut, ketika Yesus berada di atas sana, sukacita pun ada. Biarlah hati kita menjadikan Yesus jangkar, kemudi, mercusuar, sekoci dan pelabuhan kita. Gereja-Nya adalah kapal pemimpin milik Sang Laksamana, marilah kita mengkuti gerakannya, dan menyambut perwira-perwiranya dengan keberadaan kita. Dia sendiri atraksi utamanya; marilah kita selalu mengikuti jaluran ombak-Nya [2], memperhatikan tanda-tanda-Nya, mengemudi menurut peta-Nya, dan jangan pernah takut selama Dia masih terlihat. Tidak satu kapal pun dari rombongan akan karam; Komodor Agung akan mengemudikan setiap kapal layar dengan aman sampai ke tempat persinggahan yang diinginkan. Dengan iman kita akan berlayar satu hari lagi, dan berlayar terus bersama Yesus ke dalam laut kesukaran. Angin dan gelombang tidak akan menyayangkan kita, namun semuanya taat kepada-Nya; maka, oleh karena itu, badai apapun yang mungkin muncul di luar, iman akan merasakan ketenangan penuh berkat di dalam. Dia selalu berada di tengah-tengah rombongan yang terpukul oleh cuaca: marilah kita bersukacita di dalam Dia. Kapal-Nya sudah mencapai tempat perteduhan, dan akan begitu pula kapal kita.
____________________
RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.